tentang 4 orang>>Semua Orang (Jama’ah), Seseorang (Qiyadah), Siapa Saja (Jundiyah), dan Tak Seorang pun (orang eksternal/ objek dakwah).

tulisan seorang sahabat di KMT yang ku juga tak tahu pasti ia siapa



Cerita ini adalah tentang empat orang bernama Semua Orang, Seseorang, Siapa Saja, dan Tak Seorang pun.

Ada tugas penting untuk dikerjakan dan Semua Orang diminta melakukannya. Semua Orang yakin bahwa Seseorang akan melakukannya. Siapa Saja bisa melakukannya, tetapi Tak Seorang pun yang melakukannya. Seseorang menjadi marah tentang itu, sebab ini tugas Semua Orang.

Semua Orang menganggap bahwa Siapa Saja dapat melakukannya, tetapi Tak Seorang pun yang menyadari bahwa Semua Orang tidak akan melakukannya. Akhirnya Semua Orang menyalahkan Seseorang ketika Tak Seorang pun melakukanapa yang bisa dilakukan oleh Siapa Saja.

nah…lo,
Siapa yg seharusnya bertanggung jawab?

Intro:
Cerita ini adalah tentang empat orang bernama Semua Orang (Jama’ah), Seseorang (Qiyadah), Siapa Saja (Jundiyah), dan Tak Seorang pun (orang eksternal/ objek dakwah).

Ada tugas penting (DAKWAH) untuk dikerjakan dan Jama’ah diminta melakukannya. Jama’ah yakin bahwa Qiyadah akan melakukannya. Jundiyah bisa melakukannya, tetapi orang eksternal yang melakukannya. Qiyadah menjadi marah tentang itu, sebab ini tugas Jama’ah.

Jama’ah menganggap bahwa Jundiyah dapat melakukannya, tetapi orang eksternal yang menyadari bahwa Jama’ah tidak akan melakukannya. Akhirnya Jama’ah menyalahkan Qiyadah ketika orang eksternal melakukan apa yang bisa dilakukan oleh Jundiyah…

fenomena menganggap ‘yang lain pasti melakukan’ disusul tindakan menghindar dari tugas tersebut, dan menganggap pasti beres… adalah bak cerita raja dan sesendok madu, yang berakhir kepada ‘pengkhianatan massal’.

Ikhwati fillah,

Di kampus dunia kita, telah ditanamkan potensi-potensi peradaban oleh para pendahulu kita. Potensi itu ada dalam diri saya, kita, dia, mereka dan antum semuanya. Terkadang kita tidak menyadari akan potensi itu. Bahkan *sarana untuk menumbuhkan* *potensi* (amanah) itu sendiri, sering kita hindari. Kita cukup cerdas untuk mencari justifikasi, kita ingin fokus belajar, lulus cepat-cepat, merasa diri tidak punya kemampuan, dan alasan lainnya. Termasuk dalam pilihan itu untuk diam tak bergerak.

*”Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperolehdan perjalanan yang tidak begitu jauh, pastilah mereka mengikutimu; tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka…..” [9:42]*

Amanah yang ada itu semua juga tidak bisa dipaksakan oleh keputusan jama’ah,tentu sang qiyadah/syura’ akan lebih mempertimbangkan kenyamanan dan rencana ke depan sang jundi serta tidak mungkin secuil pun terlintas untuk mencelakakan jundi. Inilah kemudian *tsiqah *yang harusnya kita bangun kepada para qiyadah kita. Dan tentunya sebagai sang qiyadah telah mempertimbangan matang-matang rencana kerja untuk mencapai targetan da’wah kedepan.

Saat ini jundi-jundi mulai cerdas untuk memilih dan sekali lagi merasa memiliki banyak justifikasi. Tapi dari sekian banyak jundi-jundi itu ternyata masih tersisa yang sedikit yang berbeda. Seperti kisah teman seper
juangan saya, sebut saja fulan. Fulan dengan segala keterbatasan dan himpitannya ia siap menjalankan amanah karena itu merupakan keputusan jama’ah, tentunya melalui syura’. Walaupun itu cukup berat bagi dia.

Kelulusannya kemungkinan besar tertunda karena amanah yang siap ia kawal itu. Andai butuh untuk memfokuskan kuliah, justru ia yang paling butuh. Namun keputusan berkata lain, justru ialah yang paling dianggap bisa untuk mengemban amanah ini. Akhirnya si fulan atas nama da’wah ia rela berjuang, untuk menjalankan kaidah syar’i yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim, terlebih sebagai aktivis da’wah. Pun banyak sekali tantangan yang ia lalui diantaranya permasalahan yang tiap tahun terulang dalam sebuah ja’maah, yakni *’amal jama’i* itu sendiri. Sehingga setelah mendapatkan suatu amanah, banyak kemudian yang cukup percaya dengan kemampuannya, lalu yang lain merasa tidak dibutuhkan lagi dan menghindar. Tinggallah si fulan dengan segala keterbatasannya berusaha mengawal dan merealisasikan keputusan syura’ walaupun yang lain tidak peduli.

Terlepas dari itu semua, ingatkah antum semua dengan kisah ‘Amr bin Jamuh yang mengadu kepada Rasulullah SAW, ‘Amr berkata “Sesungguhnya anak-anakku hendak menghalang-halangiku untuk berperang bersamamu. Padahal demi Allah sesungguhnya aku ingin menginjakkan kakiku yang pincang ini di surga..!!

“Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memberikan udzur kepadamu, maka tiada kewajiban untuk berjihad (perang) atasmu!

“Namun apakah ‘Amr dengan udzur itu ia berdiam diri? Justru ia tetap berangkat berjihad bersama Rasulullah SAW dan terbunuh sebagai syuhada di Perang Uhud. Rahimakumullahu yaa ‘Amr.

Ikhwatii,

Antumlah yang seharusnya berjiwa ‘Amr bin Jamuh. Jadilah antum bagai prajurit-prajurit yang berada di barak-barak militer, yang senantiasa bersiap siaga, berjaga-jaga, dan ketika ada perintah sang komandan maka setiap orang berlomba-lomba untuk melaksanakannya.

Kalau antum pernah mendengar, adanya kita di kampus cukup memberikan sebagian waktu kecil kita untuk pengelolaan kesempatan amal ini dan kita seolah-olah paling tahu apa yang dibutuhkan kampus saat ini. Sehingga ketika kita duduk bersama dalam jama’ah da’wah ini, justru kepentingan pribadi yang kita kedepankan. Harusnya ‘bab ini’ sudah kita tutup rapat-rapat. Saat ini kita tengah berada dalam tahap ekspansi da’wah. Tiap da’i harus berani mengungkapkan apa yang menjadi pemikiran dan keyakinannya kepada siapapun, walau orang lain tidak suka, membenci dan bahkan mencela kita.

*”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan…… ” [2:214]*

Ikhwatifillah,

Tugas kita adalah menyampaikan risalah kebenaran ini, melaksanakan keputusanjama’ah. Dan hidayah, hanyalah Allah yang menentukan. Lalu tahukah ikhwatiapa yang menjadi balasan bagi kita, ketika kita menjadi perantara orang lainuntuk mendapatkan petunjuk-NYA? ?Adalah surga yang didalamnya berisi seluruh kenikmatan melebihi dunia seisinya.

Semoga ALLAH tetap mempertemukan kita dalam dakwah ini
*f_495*

9 thoughts on “tentang 4 orang>>Semua Orang (Jama’ah), Seseorang (Qiyadah), Siapa Saja (Jundiyah), dan Tak Seorang pun (orang eksternal/ objek dakwah).

Leave a reply to jaraway Cancel reply