Dalam Tangismu… Adakah Aku?

Kemarin nemu kultwinya @kmmpugm (Keluarga Mahasiswa Muslim Pertanian UGM) tentang #menangis kek gini nih =D

Siapa bilang pria tak bisa banyak menangis ?
Tahukah engkau, kaum pria sesungguhnya jauh lebih sering “#menangis”
Namun mereka menyembunyikan #tangisnya di dalam kekuatan akalnya,
Pria #menangis karena tanggung jawabnya di hadapan Tuhannya,
Menjadi pengawal Tuhan bagi Ibu, saudara perempuan, istri dan anak-anaknya.
Pria “#menangis” dalam letih dan lelahnya menjaga keluarganya dari kelaparan.
Tak bisa kau lihat #tangisnya pada keluh kesah di lisannya,
Pria “#menangis” dalam tegak dan teguhnya dalam melindungi keluarganya dari terik matahari, deras hujan dan dinginnnya angin malam.
Tak nampak #tangisnya pada peristiwa-peristiwa kecil dan sepele,
Pria “#menangis” dalam kemarahannya jika kehormatan diri dan keluarganya digugat
Pria “#menangis” dengan sigap bangunnya di kegelapan dini hari,
Pria “#menangis” dengan bercucuran peluhnya dalam menjemput rezeki,
Pria “#menangis” dengan menjaga dan melindungi orang tua, anak dan istri,
Pria “#menangis” dengan tenaga dan darahnya menjadi garda bagi agamanya,
Pandanglah Ayah ….. Pandanglah Suami ….. Sesungguhnya syurga Allah di dalam keridha’an mereka ..

Kultwit ini bisa jadi tak sepenuhnya benar. Namun.. membacanya menjadi teringat saat melihat bapak menangis..Ketika kecelakaan cukup parah itu terjadi. Hanya bulir-bulir bening saja yang menampakkan bahwa itu merupakan tangis karena ia tetap nyengir seperti biasa. haha. Waktu itu, arteri bapak ada yang putus di tumit. Dagingnya kerowak (apa yang bahasa Indonesianya) bolong.. eh.. eung.. itu lho.. kek apel kegigit.. hihi.. dagingnya robek “tertinggal” di motor.. hehe.. tulang tumitnya retak.. atau agak remuk lah.. Jadi pasti super sakit. Wajar jika ia tak mampu menahan titisnya menetes.

Sulit memang menemukan bapak bener-bener nangis. hihihi.
Dia lebih sering menyembunyikan gundahnya.. kadang dalam banyolan, kadang dalam candaan, kadang dalan kekehan, kadang dalam kecerewetan. Namun, anehnya bapak tak pernah marah sama fajar setelah fajar beranjak dewasa. Tak seperti waktu dulu masih kecil, bapak begitu galak. haha. Sekarang juga galak si, tapi ga pernah marahin fajar *fajarnya lebih galak.. wekekeke.. =))

Dan tahukah kau, kadang akupun begitu.. menyembunyikan “tangis”q dalam “geje”.. hehehe.. dalam canda, dalam ngakak, dalam smangaaD.. padahal mungkin di sini sebenere ni air mata mbrebes mili (ngalir terus :red) hahaha..

Terakhir tentang tangis ini.. ada seorang lelaki mulia, yang menangis untuk kita semua.. memohon keselamatan kita.. [so sweet ya.. =’)]

Telah menceritakan kepada kami Yunus bin Abdul A’la ash-Shadafi telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Amru bin al-Harits bahwa Bakr bin Sawadah telah menceritakan kepadanya dari Abdurrahman bin Jubair dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah membaca firman Allah mengenai Ibrahim: ‘(Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, Maka Sesungguhnya orang itu termasuk golonganku) ‘ (Qs. Ibrahim: 36) hingga akhir ayat.
Dan mengenai Isa Alaihissalam: ‘(Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) ‘ (Qs. Al Maidah: 118),
kemudian beliau mengangkat kedua tangannya seraya berdo’a: “Ya Allah, selamatkanlah umatku, selamatkanlah umatku, “ dengan bercucuran air mata. Kemudian Allah ‘azza wajalla berkata kepada malaikat Jibril: “Temuilah Muhammad -dan Rabbmulah yang lebih tahu- dan tanyakan kepadanya, ‘Apa yang membuatmu menangis? ‘
Maka malaikat Jibril pun bertanya kepada beliau, dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawabnya dengan apa yang dikatakan Allah-dan Allah lebih mengetahui hal itu-. Kemudian Allah berkata: ‘Wahai Jibril, temuilah Muhammad dan katakan bahwa Kami akan membuatmu senang dengan umatmu dan tidak akan membuatmu sedih karenanya (Kami akan menyelamatkan semua umatmu-pent) ‘.”
[HR Muslim no 301 Kitab : Iman Bab : Doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bagi umatnya dan tangisannya karena kasih]

Ya, kekasih kita shallallahu ‘alayhi wassalam pernah menangis memohon kepada Allaah keselamatan kita..
Lalu, dengan apa kita membalas cintanya kini?
dengan “malu” akan sunnahnya kah?
dengan diam atas penghinaan terhadapnya kah?
dengan membiarkan bid’ah-bid’ah bertebarankah?
dengan melupakan perjuangannya dan tak melanjutkannya kah?
dengan abai akan dakwah dan jihad yang diajarkannya kah?

arrgh.. maafkan
kami ya khalilullaah shalallaahu ‘alayhi wassalam..

gambar bocah Palestina menangis itu dari sini

Akhiri dengan Indah

Bilakah kita mau berhenti sejurus saja, dari ketergesaan langkah yang telah tertoreh di lembar-lembar catatan al-kiraam al-kaatibiin.. Menengok kembali apakah masih lurus arah kita menuju, atau justru menceng sepersekian derajat dari semula saat Rabb kita mengeluarkan keturunan dari sulbi ayah kita dan mengambil kesaksian terhadap jiwa-jiwa ini. Sepersekian derajat yang membuat tempat tujuan begitu berbeda. Ah, sekadar menoleh pun kita tak sempat. Padahal tiada suatu ucapanpun yang telah kita tuturkan melainkan ada di dekat kita roqiibun ‘atid (malaikat pengawas yang selalu hadir).

Pernahkah kita sejenak saja mengingat akan kepastian hadirnya satu diantara dua kabar. Entah mana yang akan kita peroleh dari sang Maut. Ya, kita yang selalu lari dari sakaratul maut meski itu sudah jelas akan kita jumpai.

Akankah keimanan ini masih terus melekat di diri-diri kita sampai waktu itu tiba, hingga kita layak beroleh kabar gembira berupa keridhaan dan kemuliaan dari Allah melalui sang Maut. Begitu bahagia akan harapan perjumpaan denganNya. Bukan justru kebencian atas hadirnya kabar yang lain, hingga tak ada kebencian melebihi apa yang akan dihadapi. Kebencian akan perjumpaan denganNya, dan Ia pun benci bertemu dengan kita. Semoga, bukan.


Kerena jarak sehasta pun, bisa mengubah ke mana tempat yang akhirnya kita tuju. Kabar apa yang akan kita terima dan gembira atau benci ketika bersua denganNya. Sehasta saja. Sungguh, hanya sehasta.

Maka sobat, mari akhiri dengan indah…




Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


إِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ فِيْمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَيَعْمَلُ فِيْمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِخَوَاتِيْمِهَا


Sesungguhnya ada seorang hamba yang beramal dengan amalan ahli Surga menurut apa yang tampak di hadapan manusia, (namun) sebenarnya dia adalah penghuni Neraka, ada seorang hamba beramal dengan amalan ahli Neraka menurut apa yang tampak di hadapan manusia, (namun) sebenarnya dia adalah penghuni Surga. Sesungguhnya amal-amal itu tergantung daripada akhirnya. [HR al Bukhari no. 6493, 6607; Muslim no. 112 dan Ahmad (V/332).]

Wallaahu a’lam bish shawwab


#entahlah, akhir-akhir ini kepikiran tentang maut.. semoga kita bisa husnul khotimah..
aamiin =)

gambar dari sini

*jadi inget puisiq ini dulu:

di arena marathon ini,

kita harus terus berlari..

berlari..

dan berlari..



bukan berjalan, duduk-duduk di tepi atau bahkan keluar lintasan.

Kita harus terus berlari, mengejar ketertinggalan,

ketertinggalan dari para anbiya & syuhada..



meski lelah kaki ini,

meski terengah nafas ini,

kita harus terus berlari di lintasan marathon ini.

hingga kedua kaki ini sampai ke garis finis.

syurgaNya yang mengalir di bawahnya sungai-sungai..

Ya Rabb.. kuatkan kami.