Jarview of Ginger Love [bukan ripiu hihi]

A novel by Haya Najma

Image

“Saya tidak menginginkan macam-macam dalam mencari pendamping hidup. Hanya agama dan akhlak yang baik, serta menerima saya dan keluarga saya apa adanya.”

Sederhana sekali kriteria yang Azi harapkan dalam penantiannya akan seseorang yang akan menjadi tambatan hatinya.
(padahal ini kutipan dalem banget Hay.. hahaha)
Namun, tak sesederhana itu karena ia menyimpan sebuah luka akan kisah lama berupa harapan yang kandas justru di detik-detik kebahagiaan itu begitu dekat di hadapan.

Dalam perjalananya, Azi lalu mengerti ternyata masih ada orang di luar sana yang kisahnya lebih getir, melalui sosok Hanan. Dan itu sedikit mengobati rasa ‘trauma’nya. Bagi kita yang membaca menguatkan lagi sebuah makna “tidak ada alasan untuk tak bersyukur”, karena tiap manusia memiliki jalan ujiannya masing-masing. Emm.. takdir memang tak pernah tertukar.

Ada bagian yang cukup membuat saya merenung di cuplikan kisah ini, pesan moral tentang keagungan ilmu itu juga harus tampak pada akhlak kita. Lagi-lagi tertampar tentang peringatan jangan sampai bertambahnya ilmu tak membuat kita semakin tunduk pada Allaah, namun justru timbul rasa sombong hingga merasa diri paling benar dan enggan menerima nasihat dari mereka yang dirasa ‘tak lebih berilmu’. Seperti filosofi ginger yang Haya ingin munculkan di sini, hangat. Cinta itu hangat. Selayaknya juga ilmu, -terlebih ilmuddin– bisa membawa kehangatan bagi sekitar kita agar bisa mencintai Islam yang begitu agung.

Membaca cerita ini kita seolah diajak belajar, masing-masing orang mungkin memiliki masa lalu yang membawa luka, kisah getir yang sulit untuk dihapus begitu saja, namun juga kita diajak untuk terus berbaik sangka padaNya, bisa jadi yang terbaik sedang disiapkan olehNya hingga bertemu suatu masa seperti ujaran putri kembang jahe
“jadi apakah kau tak menyesal berada di sini?”
“tentu tidak, di sini indah, terlebih karena kau ada di sini, semua menjadi terlihat lebih indah”

Dari sosok Azi dan Hanan kita belajar, meski ada ketertarikan. Ketika bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, kaidah syar’i tetap terjalankan. Tiada khalwat. Begitu menjaga. Suka deh. hehehe.

Oiya, di setiap buku, hal yang selalu bikin aku penasaran adalah per bagiannya akan disebut apa oleh sang penulis, dan di sini haya pake istilah ‘ruas’ hihi, jahe banget. Unik. Kreatif.
Yang mau ikutan baca, meluncur aja langsung ke yang nulis di sini =D

Tapi satu hal, menemukan kata ‘Anytime’ di novel ini, haduh Hay, sesuatu banget. Bikin inget (ah, sudahlah). hahaha

Btw, yang paling ‘hangat’ & so sweet teteep yaitu tulisan tangannya Haya

To : Mbakq, Fajar ‘MP’ers
Smoga selalu menerangi lingkungannya
jazakillah khayr Mbak,
Smoga bisa menghibur

Haya Najma

Happy Reading

qiqiqi.. romantis amat.. wekeke..
Wa anti jazaakillaahu khairan Hay

Purwokerto, Baturaden, kopi, detil fotografi, kamera analog, blogging, kucing, ungu, jait-menjait, serba masak & makanan.. hahaha Haya banget deh =))
nek Haya nulis non fiksi kayak apa ya.. hihihi..
maklum Hay, aku nek maca sing fiksi sekali duduk taklalap langsung entek.. wekeke

NB :
eh, buat seseorang yang pernah ga sengaja cerita bahwa pernah sampai tahap itu dan ga jadi (haduh, maaph bikin keceplosan cerita ya), mungkin luka itu begitu dalam dirasakan, dan fajar mungkin tak akan pernah mampu benar-benar ber-empati karena emang ga pernah kek gitu. hehe. hanya bisa kembali berpesan, Allaah sedang menyiapkan yang terbaik untukmu, insyaAllaah. Tetap semangat perjuangkan cintamu.. eaaa.. hihihi =D

#Haya tanggung jawab kii. aku dadi nulis ngene-an.. haghaghag.. berasa dudu aku.. =))) Aneh..

Eh, iya.. aku isa mbenerke genteng loh.. so, apakah diriku diterima? =)) *salahfokus.. qiqiqi

اللهم أعني على ذكرك و شكرك و حسن عبادتك | Secangkir Makna Rasa Surga :)

اللهم أعني على ذكرك و شكرك و حسن عبادتك

bertambahnya ilmu, tidak menjamin bertambahnya hidayah,

hidayah hanya bisa tertambah dengan memohon pertolongan Allah….

(dalam tafsir Al-Fatihah ayat 6, Quran-Cover-to-Cover)

semua harus seimbang…

menuntut ilmu – menjaga ibadah – menjaga Al-Quran di hati..

jangan sampai menuntut ilmu tapi motivasinya dari nafsu, bukan dari hati..

jangan sampai menghafal Quran, motivasinya dari nafsu-dari lingkungan, bukan untuk Allah..

jangan sampai beribadah-berdoa, hanya untuk kepentingan diri sendiri.

padahal doa hakikatnya adalah memposisikan diri seutuhnya sebagai seorang HAMBA, di hadapan ALLAH Sang Pemilik Segala. Tidak ada di dunia ini yang lebih rendah derajatnya selain ‘hamba’, tapi ketika seorang sudah mensaksikan dirinya sebagi HAMBA ALLAH, maka ia memiliki status tertinggi di mata Allah, bersama para penduduk Langit – malaikat-malaikat mulia..

Ya Robb, ampuni aku… betapa lalai lalai lalai lalai lalai lalai lalai T.T

اللهم أعني على ذكرك و شكرك و حسن عبادتك

via اللهم أعني على ذكرك و شكرك و حسن عبادتك | Secangkir Makna Rasa Surga :).

 

 

*tertampar T_T

*sangat lalai