Sambut Ramadhan Penuh Cita dan Cinta [ustadz Yunahar Ilyas]

Motivasi Ramadhan
Sambut Ramadhan Penuh Cita dan Cinta

Kajian Ahad (Jihad) di Masjid Nurul ‘Ulum SMP N 2 Kota Magelang
Ahad, 15 Juli 2012 pukul 07.00-08.00
Bersama Prof. DR. Yunahar Ilyas,Lc.,M.Ag.

Kalo udah deket puasa begini, komentar orang tu ga sama
Ada yang bilang “Ah, udah puasa lagi” > ada semacam keengganan bertemu Ramadhan
Dan ada yang menyambut dengan syukur dan suka cita.

لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي أَنْ يَكُوْنَ السَّنَة كُلّهَا

“Kalau seandainya hamba-hamba itu tahu apa yang ada pada bulan Ramadhan (keutamaannya), maka niscaya umatku ini akan berangan-angan bahwa satu tahun itu adalah bulan Ramadhan seluruhnya. ”
{setau fajar pernah baca di sini kalo Hadits ini adalah hadits yang didustakan atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (palsu).
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah di dalam Shahihnya [III/190], Abu Ya’la Al-Mushili di dalam Musnadnya [IX/180], dan selain keduanya.
Di dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Jarir bin Ayyub. Tentang rawi yang satu ini, para ulama telah menjelaskan keadaannya, di antaranya: Abu Nu’aim Al-Fadhl bin Dukain mengatakan bahwa dia suka memalsukan hadits. Al-Bukhari, Abu Hatim, dan Abu Zur’ah mengatakan bahwa dia adalah Munkarul Hadits.
Ibnu Khuzaimah mengatakan: “Jika haditsnya shahih …”(Ungkapan seperti ini menunjukkan bahwa beliau tidak memastikan keshahihan hadits)
Ibnul Jauzi dalam kitabnya Al-Maudhu’at [II/103] dan juga Asy-Syaukani dalam Al-Fawa’id Al-Majmu’ah [hal. 74] menghukumi dia (Jarir bin Ayyub) adalah perawi yang suka memalsukan hadits -yakni pendusta-.
Lihat Lisanul Mizan [II/302] karya Ibnu Hajar.}

Kalo yang ada di sini komentar yang mana? Jawab dengan jujur. Siapa yang pengen Ramadhan sepanjang tahun? Yang pasti suka tu pedagang. Pengen kalo bisa sepanjang tahun itu Ramadhan terus, Idul Fitri tiap bulan. Jadi laris manis.

Tapi sebenarnya kalo kita hitung dengan bulan syamsiyah Januari-Desember semua bulan kebagian Ramadhan. Ibadah puasa kita dihitung berdasarkan kalender qomariyah yang setiap bulan kalo ga 29 ya 30 hari. Artinya bulan Januari sampai Desember pernah merasakan Ramadhan.

Kita mustinya bersyukur kalo di Indonesia ini ga terlalu ekstrem perbedaan pergeseran itu. Ga terlalu ekstrem suhu dalam musim-musimnya. Tapi kalau negara dengan 4 musim, terasa sekali perbedaannya.

Saya pernah Ramadhan di Berlin Barat, buka puasa di sana pukul 21:15, shubuhnya pukul 2:30. Pas musim panas. Jadi sahur itu jam 2-an baru berbuka ya pukul 21:15 malem. Tapi pernah juga pas musim dingin di Los Angeles shubuh jam 7 pagi buka jam 5 sore.

Sekarang ini Saudi itu sedang musim panas, saya hari Rabu kemarin baru balik dari sana, suhu ketika Shubuh itu 40 derajat Isya’ juga 40 derajat. Jangan tanya pas tengah hari. Luar biasa panasnya. Nanti Juli lebih panas lagi, Agustus juga lebih lagi. Ada di belahan bumi itu yang kebagian puasa 21 jam. Bayangkan.

Kalo menjelang Ramadhan gini ada berbagai spanduk berbagai macam tulisan. Ada yang “marhaban ya Ramadhan”. Marhaban itu maknanya menyambut dengan senang hati (lapang dada). Tapi ada juga yang nulis “ahlan wa sahlan” kalo ini ga tepat. Karena ahlan wa sahlan itu untuk makhluk yang bernyawa. Ahlan > keluarga. Sahlan > mudah. Jadi ga pas kan kalo menganggap ramadhan sebagai keluarga.

Kalo di luar negeri Eropa atau Amerika gitu di masjid disediain buka, ga cuma ta’jil. Karena mereka memang menunggu-nunggu momen itu. Ada satu kisah mahasiswa asal Arab sedang studi S2 di Amerika kos(homestay) di tempat profesornya. Sebelum bulan Ramadhan datang dia bilang lah sama sang profesor kalau jadwal makannya berubah, karena mau puasa. Dan ga perlu disediain buka puasa karena bukanya di masjid. Nah, tinggal makan sahur aja. Eh si profesor ini bilang “kalo gitu saya ikut”. Dan benar, dari hari pertama dia ikut puasa dan ikut ke masjid untuk berbuka. Tapi di beranda masjid, karena bukan Muslim. Ikut lesehan gitu. Kalo orang Barat kan makan dengan lesehan itu sesuatu yang begitu langka. Dan dia menikmatinya. Kalo pas sholat tiba dia nunggu di luar.

Sampe 17 hari begitu terus. Dan di hari ke 17 dia bilang mau ikut masuk. Si mahasiswa kan jawab, ya ga boleh, yang boleh masuk cuma yang Muslim. Lalu sang profesor bertanya, bagaimana caranya biar saya bisa masuk. Ya harus masuk Islam. Ya sudahlah, saya masuk Islam. Akhirnya dituntun untuk bersyahadat, dan bisa masuk ke masjid. Hidayah itu muncul hanya dari karena ikut puasa dan ikut berbuka di masjid, kebersamaan yang dirasakan. Sebelum sholat harus wudhu diajarilah bagaimana. Lalu kalo pas sholat liat aja orang-orang bagaimana. Ikuti saja dulu gerakannya. Akhirnya begitulah dan sang profesor benar-benar masuk Islam. Masya Allah, berkah buka puasa bersama itu. Sangat besar pahala orang yang memberi makan orang berbuka.

Ramadhan > Bulan penuh berkah atau sering disebut Ramadhan Mubarak
Kita review sedikit tentang ibadah-ibadah dalam bulan Ramadhan ini.

Yang pertama Puasa itu sendiri.
Tentang puasa ini, bisa kita lihat perintahnya dalam surah Al-Baqarah ayat 183, 184, 185, 187. Ketika di Makkah belum ada perintah puasa. Ayat-ayat itu turun di Madinah. Jika kita lihat dai Al-Baqarah 183 perintah puasa itu diawali dengan kata “kutiba” (kalau di dalam al-quran kalimat perintah itu ada yang kutiba, ada amara, ada yang dengan fi’il mudhari’ saja) nah maknanya perintah puasa itu sudah ada sebelumnya, di kitab-kitab sebelum quran sudah ada perintah puasa. Seperti perintah perang.

كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ

“… sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu …”

ash-shiyamu > itu artinya al-imsal > menahan
maka dari itu rukun puasa ada 2, yang pertama niat yang kedua adalah imsal (menahan).

1) niat

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang itu tergantung terhadap apa yang dia niatkan… “

Niat itu di hati bukan di mulut. Ga ada niat itu dilafadzkan. Jika ada yang me
lafadzkan niat itu dalam rangka menyemarakkan dan menyemangati puasa ya boleh saja, tapi itu bukan niat, tradisi saja. Kalo sudah bangun makan sahur itu sudah niat. Silakan saja kalo mau ada yang membaca bacaan niat itu, tapi bukan berarti yang tidak membacanya itu tidak sah puasanya. Itu hanya tradisi saja.

2) imsak (menahan)

Menahan makan, minum, dan yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari.

Nah kalo merokok masuk makan apa minum? Makan rokok, bukan. Minum rokok, ga pas juga. Jadi ada yang ngeles tuh, berarti gapapa puasa ngerokok. Kalo para ulama di kitab-kitab fiqh hal merokok ini dimasukkan dalam kitab minum. Minum asap.

وَكُلُواْ وَاشْرَبُواْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ

“…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar …”

Ada shahabat yang lugu jadi bawa benang hitam dan putih ditaro di bawah bantal. Diliat beda ato ga. Bukan seperti itu ya, maknanya adalah fajar.

ثُمَّ أَتِمُّواْ الصِّيَامَ إِلَى الَّليْلِ

“… Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam …”

>terbenam matahari. Ketika tiba waktu shalat maghrib, jadi jangan nunggu adzannya, lha nanti muadzinnya batalin dulu makan kolak ama nasi dulu baru adzan repot.

Yang membatalkan puasa :
Makan, minum, merokok (buat yang masih suka buang-buang uang), melakukan hubungan suami-istri > ini bahaya sekali kalau dilanggar karena bukan hanya puasanya yang batal tapi juga harus membayar kafarat membebaskan budak, atau puasa berturut-turut 2 bulan atau memberi makan 60 kali. Jadi yang nikah di bulan Sya’ban hati-hati ini, pengantin baru, mendingan pas puasa jauh-jauhan dulu. Pulang baru pas malem, buka. *lirik rifi, miftah, suci =p

Muntah dengan sengaja juga membatalkan puasa. Kalau muntah karena mabuk perjalanan itu tidak sengaja, jadi tidak batal puasanya. Kalo ada seseorang yang menderita asma lalu make inhaler itu juga gapapa. Disuntik juga tidak membatalkan puasa, suntik obat itu gapapa. Tapi kalau sampai ke infus itu berarti sakitnya sudah berat. Dan itu masuk seperti makanan ke dalam tubuh, batal.

#baru separo, lagi super males ngetik nih. Ehehehe.. bentar yak, pending. Lanjut di jurnal berikutnya insyaAllaah. =D yang tarhib IKADI Sleman juga pending, belum takketik.. sabar yaa.. yang nungguin hehe

#yang merah itu kalimat tambahannya fajar =p

*huaaaa akhirnya bisa ketemu ustadz Yunahar di Magelang dan fajar duduk paling depan. Uhuuy.. deg2an pol deh ah.. wekekeke..

gambar dari sini